Total Tayangan Halaman

Jumat, 08 Mei 2015

TEKS NEGOSIASI



TUGAS PORTOFOLIO BAHASA INDONESIA “TEKS NEGOSIASI”
DISUSUN OLEH
NAMA  : DENADA GREHASTUTI
KELAS   :  X MIA 2
ABSEN  : 10


 
SMA 1 BAE KUDUS
Jln. Jenderal Sudirman Km. 04 Telp: (0291)438821 Kudus 59322
 
“NEGOSIASI UANG DAMAI”
                      Semua ini berawal ketika seorang anak muda kelas X SMA yang menaiki motor 200cc tidak memiliki SIM sedang mengendarai motor dengan pdnya. Saat di pertigaan ternyata ada operasi oleh polisi dan anak itu bukannya berhenti tapi malah lari, dan terjadi aksi kejar – kejaran.
Polisi              : “Pengendara motor N 7474 L tolong menepi!”
Anak SMA     : “Emoh lah pak, kalo bisa sini kejar.”
Tanpa basi – basi polisi langsung memacu motor 225cc-nya dan memotong tepat di depannya.
Polisi              : “Selamat sore, dek.”
Anak SMA     : “Selamat sore juga pak, apa kesalahan saya pak?”
Polisi              : “Lho kok kamu malah tanya? Anda tadi kebut – kebutan dan nantangin saya balapan.”
Anak SMA       : “Lalu bapak mau apa?”
Polisi              : “Saya mau nilang adek.”
Anak SMA     : “Jujur sekali bapak ini.”
Polisi                        : “Coba anda perlihatkan SIMnya.”
Anak SMA     : “Saya belum punya pak.”
Polisi               : “STNKnya ada dimana?”
Anak SMA     : “STNKnya ada ibunya, pak.”
Polisi               : “Ibunya siapa?”
Anak SMA     : “Ibunya saya lah pak, bagaimana sih?
Polisi               : “Ya sudah, kalau begitu anda saya tilang saja.”
Anak SMA     : “Bagaimana urusannya bisa begitu pak? Saya kan tidak parah – parah banget pak.”
Polisi              : “Tapi anda sudah banyak melanggar peraturan seperti, tidak berSIM, kelengkapan motor tidak lengkap , melebihi batas kecepatan dalam kota dan lagi helm anda jelek dan kumel itu sangaat-sangat tidak SNI”
Anak SMA     : “Ya maaf pak.”
 Polisi             : “Begini saja, kita ambil jalan tengah. Adek mau Bayar tilang langsung atau di Kantor saja?”
Anak SMA     : “Dikantor saja.”
Polisi              : “Tapi motor saya bawa”
Anak SMA     : “Jangan Pak!”
Polisi              : “Kenapa bisa begitu? ”
Anak SMA     : “Nanti kalau orang tua saya murka bagaimana?”
Polisi              : “Itu urusan anda, lagian bayar di Pengadilan mahal dan ribet, harus ngantri, sewa pengacara dan lagi proses yang lama. Paling tidak 1 bulan dan biaya bisa 800 rb”
Anak SMA     : “Apa iya Pak? Ngibul loe Pak!
Polisi              : “Berani Kamu, dah saya bawa saja motor anda.”
Anak SMA     : “Hmm.. oke saya bayar disni saja, berapa duit ni pak?”
Polisi              : “Ya kisaran umum bayar di TKP Rp. 200.000, Bagaimana?”
Anak SMA     : “Itu mah, maruk namanya pak
Polisi              : “Terus mau berapa? Kalau itu hanya  kisaran umum.”
Anak SMA     : “Ya saya kan pelajar bisa murah dikit kali Pak.”
Polisi              : “Boleh, berani berapa?”
Anak SMA     : “Saya hanya bawa Rp.50.000 Pak.”
Polisi              : “Belum bisa dek, kalau begitu saya bawa mtornya.”
Anak SMA     : “Jangan dong pak! Ok saya tambahkan Rp.20.000 jadinya Rp.70.000.”
Polisi              : “Bulatkan saja jadi Rp.100.000, Bagaimana? ”
Anak SMA     : “Lho, jangan begitu dong pak. Itu uang terakhir saya bulan ini.”
Polisi              : “Ok, kalau begitu motor saya ambil”
Anak SMA     : “Jangan dong pak, saya di rumah sendirian pak gak ada orang tua, semuaya  lagi di Kota Magelang”
Polisi              : “Ya besok saja diambil”
Anak SMA     : “Ya jika bapak mau, adanya cuma  segitu, kalau enggakbapak harus menunggu orang tua saya pulang dari Kota Magelang”
Polisi              : “Ya sudah tidak apa-apa lah, kasihan kamu, membayarnya Rp.50.000 saja”
Anak SMA  : “Ya terima kasih ya pak”

Struktur Teks Negosiasi  Versi 1
1.     Negosiator  1 menyampaikan maksudnya
“Polisi meminta anak tersebut untuk menepi dan menyampaikan maksudnya untuk menilang anak tersebut.”


Polisi          : “Pengendara motor N 7474 L tolong menepi!”
Polisi          : “Selamat sore, dek.”
Polisi   : “Saya mau nilang adek.”

 
 




2.    Pihak mitra berbicara ( negosiator 2) menyanggah dengan alasan tertentu.


Anak SMA   : “Emoh lah pak, kalo bisa sini kejar.”
Anak SMA   : “Selamat sore juga pak, apa kesalahan saya pak?”
Anak SMA    : “Lalu bapak mau apa?”

 
 


                                                                                                            
3.    Negosiator  1 mengemukakan argumentasi untuk mempertahankan tujuan awalnya untuk disetujui negosiator 2
Polisi                        : “Coba anda perlihatkan SIMnya.”
Polisi               : “STNKnya ada dimana?”
Polisi               : “Ibunya siapa?”
Polisi               : “Ya sudah, kalau begitu anda saya tilang saja.”
Polisi               : “Tapi anda sudah banyak melanggar peraturan seperti, tidak berSIM, kelengkapan motor tidak lengkap , melebihi batas kecepatan dalam kota dan lagi helm anda jelek dan kumel itu sangaat-sangat tidak SNI”
 Polisi               : “Begini saja, kita ambil jalan tengah. Adek mau Bayar tilang langsung atau di Kantor saja?”
Polisi              : “Tapi motor saya bawa”
Polisi              : “Kenapa bisa begitu ? ”
Polisi              : “Itu urusan anda, lagian bayar di Pengadilan mahal dan ribet, harus ngantri, sewa pengacara dan lagi proses yang lama. Paling tidak 1 bulan dan biaya bisa 800 rb”
Polisi              : “Berani kamu, dah saya bawa saja motor anda.”
Polisi              : “Ya kisaran umum bayar di TKP Rp. 200.000, Bagaimana?”
Polisi              : “Terus mau berapa? Kalau itu hanya  kisaran umum.”
Polisi              : “Boleh, berani berapa?”
Polisi              : “Belum bisa dek, kalau begitu saya bawa motornya.”
Polisi              : “Bulatkan saja jadi Rp.100.000, Bagaimana? ”
Polisi              : “Ok, kalau begitu motor saya ambil”
Polisi              : “Ya besok saja diambil”
4.    Negosiator 2 kembali mengemukakan ponolakan dengan alasan tertentu pula.
Anak SMA  : “STNKnya ada ibunya, pak.”
Anak SMA  : “Ibunya saya lah pak, bagaimana sih?
Anak SMA  : “Bagaimana urusannya bisa begitu pak? Saya kan tidak parah – parah banget pak.”
Anak SMA  : “Bagaimana urusannya bisa begitu pak? Saya kan tidak parah – parah banget pak.”
Anak SMA  : “Ya maaf pak.”
Anak SMA  : “Dikantor saja.”
Anak SMA  : “Jangan Pak!”
Anak SMA  : “Nanti kalau orang tua saya murka bagaimana?”
Anak SMA  : “Apa iya Pak? Ngibul loe Pak!
Anak SMA  : “Hmm.. oke saya bayar disni saja, berapa duit ni pak?”
Anak SMA  : “Itu mah, maruk namanya pak
Anak SMA  : “Ya saya kan pelajar bisa murah dikit kali Pak.”
Anak SMA  : “Saya hanya bawa Rp.50.000 Pak.”
Anak SMA  : “Jangan dong pak! Ok saya tambahkan Rp.20.000 jadinya Rp.70.000.”
Anak SMA  : “Lho, jangan begitu dong pak. Itu uang terakhir saya bulan ini.”
Anak SMA  : “Jangan dong pak, saya di rumah sendirian pak gak ada orang tua, semuaya  lagi di Kota Magelang”
Anak SMA  : “Ya jika bapak mau, adanya cuma  segitu, kalau enggakbapak harus menunggu orang tua saya pulang dari Kota Magelang”

5.    Terjadinya persepakatan.


Polisi              : “Ya sudah tidak apa-apa lah, kasihan kamu, membayarnya Rp.50.000 saja”
Anak SMA    : “Ya terima kasih ya pak”


 
 




Struktur Teks Negosiasi  Versi 2
NO
STUKTUR
DIALOG
1.
Pendahuluan
Semua ini berawal ketika seorang anak muda kelas X SMA yang menaiki motor 200cc tidak memiliki SIM sedang mengendarai motor dengan pdnya. Saat di pertigaan ternyata ada operasi oleh polisi dan anak itu bukannya berhenti tapi malah lari, dan terjadi aksi kejar – kejaran.
2.
Isi
Polisi            : “Pengendara motor N 7474 L tolong menepi!”
Anak SMA   : “Emoh lah pak, kalo bisa sini kejar.”
Tanpa basi – basi polisi langsung memacu motor 225cc-nya dan memotong tepat di depannya.
Polisi              : “Selamat sore, dek.”
Anak SMA   : “Selamat sore juga pak, apa kesalahan saya pak?”
Polisi              : “Lho kok kamu malah tanya? Anda tadi kebut – kebutan dan nantangin saya balapan.”
Anak SMA       : “Lalu bapak mau apa?”
Polisi                     : “Saya mau nilang adek.”
Anak SMA   : “Jujur sekali bapak ini.”
Polisi                      : “Coba anda perlihatkan SIMnya.”
Anak SMA   : “Saya belum punya pak.”
Polisi               : “STNKnya ada dimana?”
Anak SMA   : “STNKnya ada ibunya, pak.”
Polisi               : “Ibunya siapa?”
Anak SMA   : “Ibunya saya lah pak, bagaimana sih?
Polisi               : “Ya sudah, kalau begitu anda saya tilang saja.”
Anak SMA   : “Bagaimana urusannya bisa begitu pak? Saya kan tidak parah – parah banget pak.”
Polisi              : “Tapi anda sudah banyak melanggar peraturan seperti, tidak berSIM, kelengkapan motor tidak lengkap , melebihi batas kecepatan dalam kota dan lagi helm anda jelek dan kumel itu sangaat-sangat tidak SNI”
Anak SMA   : “Ya maaf pak.”
 Polisi             : “Begini saja, kita ambil jalan tengah. Adek mau Bayar tilang langsung atau di Kantor saja?”
Anak SMA   : “Dikantor saja.”
Polisi              : “Tapi motor saya bawa”
Anak SMA   : “Jangan Pak!”
Polisi              : “Kenapa bisa begitu? ”
Anak SMA: “Nanti kalau orang tua saya murka bagaimana?”
Polisi              : “Itu urusan anda, lagian bayar di Pengadilan mahal dan ribet, harus ngantri, sewa pengacara dan lagi proses yang lama. Paling tidak 1 bulan dan biaya bisa 800 rb”
Anak SMA   : “Apa iya Pak? Ngibul loe Pak!
Polisi              : “Berani Kamu, dah saya bawa saja motor anda.”
Anak SMA   : “Hmm.. oke saya bayar disni saja, berapa duit ni pak?”
Polisi              : “Ya kisaran umum bayar di TKP Rp. 200.000, Bagaimana?”
Anak SMA   : “Itu mah, maruk namanya pak
Polisi              : “Terus mau berapa? Kalau itu hanya  kisaran umum.”
Anak SMA   : “Ya saya kan pelajar bisa murah dikit kali Pak.”
Polisi              : “Boleh, berani berapa?”
Anak SMA   : “Saya hanya bawa Rp.50.000 Pak.”
Polisi              : “Belum bisa dek, kalau begitu saya bawa mtornya.”
Anak SMA   : “Jangan dong pak! Ok saya tambahkan Rp.20.000 jadinya Rp.70.000.”
Polisi              : “Bulatkan saja jadi Rp.100.000, Bagaimana? ”
Anak SMA   : “Lho, jangan begitu dong pak. Itu uang terakhir saya bulan ini.”
Polisi              : “Ok, kalau begitu motor saya ambil”
Anak SMA   : “Jangan dong pak, saya di rumah sendirian pak gak ada orang tua, semuaya  lagi di Kota Magelang”
Polisi              : “Ya besok saja diambil”
Anak SMA   : “Ya jika bapak mau, adanya cuma  segitu, kalau enggakbapak harus menunggu orang tua saya pulang dari Kota Magelang”
3.
Penutup
Polisi              : “Ya sudah tidak apa-apa lah, kasihan kamu, membayarnya Rp.50.000 saja”
Anak SMA  : “Ya terima kasih ya pak”

 Struktur Teks Negosiasi  Versi 3
NO
STRUKTUR
DIALOG
1
Orientasi
Semua ini berawal ketika seorang anak muda kelas X SMA yang menaiki motor 200cc tidak memiliki SIM sedang mengendarai motor dengan pdnya. Saat di pertigaan ternyata ada operasi oleh polisi dan anak itu bukannya berhenti tapi malah lari, dan terjadi aksi kejar – kejaran.
2
Permintaan
Polisi            : “Pengendara motor N 7474 L tolong menepi!”
Anak SMA   : “Emoh lah pak, kalo bisa sini kejar.”
Tanpa basi – basi polisi langsung memacu motor 225cc-nya dan memotong tepat di depannya.
Polisi              : “Selamat sore, dek.”
Anak SMA   : “Selamat sore juga pak, apa kesalahan saya pak?”
Polisi              : “Lho kok kamu malah tanya? Anda tadi kebut – kebutan dan nantangin saya balapan.”
Anak SMA       : “Lalu bapak mau apa?”
Polisi                     : “Saya mau nilang adek.”
Anak SMA   : “Jujur sekali bapak ini.”
Polisi                      : “Coba anda perlihatkan SIMnya.”
Anak SMA   : “Saya belum punya pak.”
Polisi               : “STNKnya ada dimana?”
Anak SMA   : “STNKnya ada ibunya, pak.”
Polisi               : “Ibunya siapa?”
Anak SMA   : “Ibunya saya lah pak, bagaimana sih?
Polisi               : “Ya sudah, kalau begitu anda saya tilang saja.”
Anak SMA   : “Bagaimana urusannya bisa begitu pak? Saya kan tidak parah – parah banget pak.”
Polisi              : “Tapi anda sudah banyak melanggar peraturan seperti, tidak berSIM, kelengkapan motor tidak lengkap , melebihi batas kecepatan dalam kota dan lagi helm anda jelek dan kumel itu sangaat-sangat tidak SNI”
Anak SMA   : “Ya maaf pak.”

3
Pemenuhan
  Polisi             : “Begini saja, kita ambil jalan tengah. Adek mau Bayar tilang langsung atau di Kantor saja?”
Anak SMA   : “Dikantor saja.”
Polisi              : “Tapi motor saya bawa”
Anak SMA   : “Jangan Pak!”
Polisi              : “Kenapa bisa begitu? ”
Anak SMA: “Nanti kalau orang tua saya murka bagaimana?”
Polisi              : “Itu urusan anda, lagian bayar di Pengadilan mahal dan ribet, harus ngantri, sewa pengacara dan lagi proses yang lama. Paling tidak 1 bulan dan biaya bisa 800 rb”
Anak SMA   : “Apa iya Pak? Ngibul loe Pak!
Polisi              : “Berani Kamu, dah saya bawa saja motor anda.”
Anak SMA   : “Hmm.. oke saya bayar disni saja, berapa duit ni pak?”
Polisi              : “Ya kisaran umum bayar di TKP Rp. 200.000, Bagaimana?”
Anak SMA   : “Itu mah, maruk namanya pak
4
Penawaran
Polisi              : “Terus mau berapa? Kalau itu hanya  kisaran umum.”
Anak SMA   : “Ya saya kan pelajar bisa murah dikit kali Pak.”
Polisi              : “Boleh, berani berapa?”
Anak SMA   : “Saya hanya bawa Rp.50.000 Pak.”
Polisi              : “Belum bisa dek, kalau begitu saya bawa mtornya.”
Anak SMA   : “Jangan dong pak! Ok saya tambahkan Rp.20.000 jadinya Rp.70.000.”
Polisi              : “Bulatkan saja jadi Rp.100.000, Bagaimana? ”
Anak SMA   : “Lho, jangan begitu dong pak. Itu uang terakhir saya bulan ini.”
Polisi              : “Ok, kalau begitu motor saya ambil”
Anak SMA   : “Jangan dong pak, saya di rumah sendirian pak gak ada orang tua, semuaya  lagi di Kota Magelang”
5
Persetujuan
Anak SMA   : “Ya jika bapak mau, adanya cuma  segitu, kalau enggakbapak harus menunggu orang tua saya pulang dari Kota Magelang”
6
Pembelian
Polisi              : “Ya sudah tidak apa-apa lah, kasihan kamu, membayarnya Rp.50.000 saja”
7
Penutup
Anak SMA  : “Ya terima kasih ya pak”



“Konversi Teks Negosiasi”
Semua ini berawal ketika seorang anak muda kelas X SMA yang menaiki motor 200cc tidak memiliki SIM sedang mengendarai motor dengan pdnya. Saat di pertigaan ternyata ada operasi.
Polisi meminta anak tersebut untuk menepi, akan tetapi anak tersebut menolak dan menantang untuk balapan. Tanpa basi – basi polisi langsung memacu motor 225cc-nya dan memotong tepat di depannya. Lalu polisi menghampiri anak tersebut dan memberi salam. Anak SMA tersebut menjawab salam dan bertanya tentang kesalahan yang telah diperbuatnya.
Polisi pun menjelaskan kesalahan yang telah diperbuatnya seperti kebut – kebutan, tidak mempunyai SIM, tidak membawa STNK, kelengkapan motor yang tidak lengkap, melebisi batas kecepatan  berkendara dalam kota, dan tidak memakai helem yang SNI. Anak tersebut menjelaskan bahwa STNK dibawa oleh Ibunya. Karena kesalahan – kesalahan tersebut polisi menilang anak SMA tersebut, dan dia mengakui kesalahan yang telah diperbuatnya.
Lalu polisi menawarkan untuk mengambil jalan tengah dengan cara membayar denda tilang di kantor atau di tempat. Jika  membayar denda di kantor motor anak SMA tersebut akan dibawa, menjalankan proses persidangan dengan syarat antri, proses persidangan dengan membutuhkan waktu yang lama kira – kira memakan waktu sekitar 1 bulan, dan biaya denda dapat sebesar                 Rp 800.000 .
Anak tersebut tidak percaya dengan keterangan yang sudah disampaikan oleh polisi. Karena ketidak percayaannya  dengan keterangan yang sudah disampaikan, polisi akan membawa motor anak  tersebut.                                         Setelah polisi akan membawa motornya, anak tersebut berubah pikiran dan dia bersedia untuk membayar denda di tempat kejadian perkara atau yang sering disebut dengan TKP.
Polisi memberi tahu  denda kisaran umum, jika  membayar denda di TKP berkisar Rp 200. 000,- 00. Anak tersebut  merasa keberatan dengan denda yang disampaikan dan dia merasa dipalak oleh polisi tersebut. Selanjutnya terjadi negosiasi antara polisi dengan anak tersebut.  Polisi menawarkan mau membayar denda berapa , karena Rp 200. 000,- 00  merupakan denda kirasan umum. Anak SMA itu meminta agar denda dapat berkurang,  polisi pun bertanya kepada anak tersebut berani membayar denda berapa. Anak SMA iyu hanya membawa uang sebesar Rp 50. 000 .
Uang sebesar Rp 50. 000 belum dapat untuk membayar denda tilang, dan motor anak itu akan dibawa ke kantor. Dia menyanggah dengan menawar jika denda ditambah sebesar Rp 20. 000 sehingga menjadi Rp 70. 000.  Polisi menolak tawaran anak tersebut dan meminta jika dibulatkan menjadi Rp 100 000. Anak tersebut tidak setuju karena uang itu merupakn uang saku terakhir bulan ini.
Polisi mengancam motor anak SMA itu untuk dibawa ke kantor, dia pun menolak dengan alasan karena dia di rumah sendirian dan tidak ada orang tua. Karena semua anggota keluarganya sedang berada di kota Magelang. Polisi meminta motor itu akan di ambil besok setelah orang tua anak itu pulang.
Anak Sma tersebut menego  karena dia hanya mempunyai uang sebanyak itu, jika tidak mau polisi harus menunggu  orang tuanya pulang dari kota Magelang. Karena polisi merasa iba dengan anak tersebut  membanyar denda sebesar Rp 50. 000 saja. Dan  akhirnya anak itu menyetujui membayar denda sebesar Rp 50. 000  dan ia mengucapkan terima kasih kepada polisi.

“Kaidah Teks Negosiasi”
a.      Melibatkan dua pihak atau lebih baik perseorangan, kelompok, ataupun perwakilan organisasi.
ð    Dalam teks negosiasi tersebut melibatatkan dua pihak yaitu antara anak SMA dengan polisi
b.     Berupa kegiatan komunikasi langsung (tatap muka) mengunakan bahasa lisan didikung oleh gerak tubuh dan ekspresi wajah
ð    Negosiasi tersebut berlangsung dengan kediatan komunikasi langsung antara polisi dengan anak SMA.
c.      Mengandung konflik, pertentangan, ataupun perselisihan
¨              Teks negosiasi tersebut mengandung konflik yaitu “ Anak SMA melanggaran dalam berkendara diantaranya kebut – kebutan, tidak mempunyai SIM, tidak membawa STNK, kelengkapan motor yang tidak lengkap, melebisi batas kecepatan  berkendara dalam kota, dan tidak memakai helem yang SNI.”
¨              Teks negosiasi tersebut mengandung pertentangan yaitu  terjadi pertentangan antara anak SMA dengan polisi  tentang pembayaran denda tilang
d.      Menyelesaikan melalui tawar menawar
ð    Dalam teks negosiasi tersebut terjadi tawar – menawar antara anak SMA degan polisi mengenai denda tilang yang harus bayarkan oleh anak SMA tersebut.
e.      Menyangkut suatu rencana program yang belum terjadi.
ð   Dalam teks negosiasi tersebut menyangkut suatu rencana program yang belum terjadi seperti denda yang haru dibayarkan oleh anak SMA tersebut masih dinegosiasikan oleh polisi dan anak SMA.
f.      Berujung pada dua hal yaitu sepakat atau tidak sepakat.
ð    Dalam teks negosiasi tersebut menghasilkan sebuah kesepakatan yaitu anak SMA harus membayar denda tilang sebesar Rp 50.000,-00